11-26-2020, 12:57 PM
Gereja Timur (Orthodox) tidak memahami "pakaian kulit" sebagai bayangan korban Kristus saja tetapi "kemerosotan kodrat manusia" yang mana sebelumnya ia berjubahkan Kristus dan setelah itu ia berjubahkan pakaian binatang. Kemuliaan ilahi manusia telah hilang dan digantikan oleh kemuliaan daging.
Dan pakaian kulit tidak hanya mengenai kehidupan lahiriah, tetapi pikiran, akal dan jiwa ini juga kena imbas, kecerdasan manusia juga tak lebihnya dari pola berpikir binatang.
Manusia mengenakan sifat daging, tidak hanya memangsa dan berburu hewan untuk dimakan, tetapi juga memangsa manusia lain.
Dalam kaitan yg lebih jauh, maka kejatuhan dalam dosa ini membuahkan perilaku tubuh dan jiwa, yg menuntut ingin dipuaskan hawa nafsunya, hingga hidup ini semata-mata demi memuaskan hawa nafsu, dan membungkus hati nuraninya kepada kegelapan daging, demikian ia memandang manusia lain -bahkan Allah- sebagai obyek pemuasan dirinya. Dia berbuat ini dan itu hanya untuk semata-mata memuaskan hatinya. Makanya jauh dari Allah manusia itu dapat disebut "psikopat" (psykhe: jiwa, patos: sakit). Akhirnya dalam berteologi juga unik. Melihat dirinya butuh dipuaskan maka melihat Allah juga sebagai pribadi yang butuh pemuasan.
"Yang penting aku menikmati sex, senang², bisa menikmati hidup…" pemikiran semacam ini dikutuk oleh Gregorius Nazianzus, patriark Konstantinopel.
Mengerikan.
Manusia yang menolak Kristus dan Gereja-Nya, dia sedang mematikan dirinya dan menurunkan martabatnya sebagai makhluk yang tak berakal. Jiwanya tidak dapat memancarkan terang, karena dia menolak terang, dan akibatnya yang dipancarkan adalah kegelapan. Hal ini dapat dilihat dari pancaran hidupnya, penuh kesedihan, tidak dapat berpikir positif, mudah mengeluh dan menggerutu, berpikiran buruk tentang orang lain, mudah mencari kesalahan orang lain. Tidak ada damai sejahtera dan hidup penuh dengan ketakutan senantiasa.
Maka ada filsafat Yunani berbunyi demikian: "Manusia adalah pemangsa dari sesamanya."
Dan pakaian kulit tidak hanya mengenai kehidupan lahiriah, tetapi pikiran, akal dan jiwa ini juga kena imbas, kecerdasan manusia juga tak lebihnya dari pola berpikir binatang.
Manusia mengenakan sifat daging, tidak hanya memangsa dan berburu hewan untuk dimakan, tetapi juga memangsa manusia lain.
Dalam kaitan yg lebih jauh, maka kejatuhan dalam dosa ini membuahkan perilaku tubuh dan jiwa, yg menuntut ingin dipuaskan hawa nafsunya, hingga hidup ini semata-mata demi memuaskan hawa nafsu, dan membungkus hati nuraninya kepada kegelapan daging, demikian ia memandang manusia lain -bahkan Allah- sebagai obyek pemuasan dirinya. Dia berbuat ini dan itu hanya untuk semata-mata memuaskan hatinya. Makanya jauh dari Allah manusia itu dapat disebut "psikopat" (psykhe: jiwa, patos: sakit). Akhirnya dalam berteologi juga unik. Melihat dirinya butuh dipuaskan maka melihat Allah juga sebagai pribadi yang butuh pemuasan.
"Yang penting aku menikmati sex, senang², bisa menikmati hidup…" pemikiran semacam ini dikutuk oleh Gregorius Nazianzus, patriark Konstantinopel.
Mengerikan.
Manusia yang menolak Kristus dan Gereja-Nya, dia sedang mematikan dirinya dan menurunkan martabatnya sebagai makhluk yang tak berakal. Jiwanya tidak dapat memancarkan terang, karena dia menolak terang, dan akibatnya yang dipancarkan adalah kegelapan. Hal ini dapat dilihat dari pancaran hidupnya, penuh kesedihan, tidak dapat berpikir positif, mudah mengeluh dan menggerutu, berpikiran buruk tentang orang lain, mudah mencari kesalahan orang lain. Tidak ada damai sejahtera dan hidup penuh dengan ketakutan senantiasa.
Maka ada filsafat Yunani berbunyi demikian: "Manusia adalah pemangsa dari sesamanya."