Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Rumah Duka dan Rumah Pesta
#1
[Image: Orthodox_funeral_service.jpg]
“Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria.” (Pengkhotbah 7:4) Rumah duka adalah tempat di mana manusia melihat untuk terakhir kali teman, saudara atau kerabat mereka sebelum dikuburkan, dan kita tahu bahwa ketika jasad manusia sudah dimasukkan di tanah, maka tubuhnya akan membusuk melalui mekanisme fisika, kimia dan biologi yang ada di alam. Dengan demikian di rumah duka, kita diingatkan bahwa “pada dasarnya semua orang akan mengalami kematian” karena manusia pertama telah menggunakan kehendaknya secara salah dan akibatnya: ia terputus dari Sumber Hidup yaitu Sang Ilahi itu sendiri. Kematian yang akan dan pasti dialami setiap manusia, menjadi perhatian khusus dari sang penulis kitab, yaitu “Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem” (1:1), dan secara tegas rumah duka adalah tempat bagi orang berhikmat. Mengapa? Pertama: Tempat duka di mana kita melihat kematian, kita disadarkan bahwa hidup ini hanya sekali – lalu mati. Hidup tidak boleh dipergunakan secara salah. Kita dituntut selalu waspada dan berjaga-jaga, menjaga serta memanajemen hati kita, sebab “mereka yang mati saat hidup, maka mereka akan hidup setelah mati, sedangkan mereka yang tidak mati saat hidup, maka mereka tidak akan hidup saat mati.” Jangan sampai kehidupan sekarang ini membawa kepada kematian kekal, yaitu terputus dari Sang Ilahi, Sumber Hidup yang Kekal itu. Kedua: Orang yang mati tanpa kesalehan, pengharapan dan iman, maka kematiannya ini adalah kematian yang menyedihkan dan bukan kematian yang membawa sukacita. Bagi orang benar, maka kematian adalah sarana manusia untuk melepaskan diri dari kematian yang menjadi parasit pada keberadaan manusia. Dengan ini kita diingatkan bahwa ketika hidup, kita harus terus berpegang dan manunggal dengan Sang Saleh, Sang Pengharapan dan Sumber Iman itu, sehingga kehidupan kita selalu memancarkan senantiasa apa yang menjadi sifat dari Sang Ilahi. Dengan memandang kematian, sepatutnya kita semakin bijak dalam hidup ini. Berpikir yang benar, bersikap yang benar dan berperilaku yang benar, sesuai Gambar yang menjadi pola manusia diciptakan. “Kemuliaan bagi Allah di tempat tinggi, damai di bumi dan perkenan bagi manusia. Amin.”
  


Forum Jump:


Users browsing this thread:
1 Guest(s)