11-26-2020, 01:12 PM
Relik adalah material, baik berupa bagian tubuh dari para orang kudus yang telah meninggal, atau benda-benda yang pernah dipakai atau benda-benda rohani yang bersentuhan dengan mereka. Benda-benda ini sangat dihormati oleh Gereja Para Rasul dan biasanya ditempatkan di peti khusus, medali, kartu doa, ikon, antimension atau ditanam di altar beberapa gereja di dunia.
Mengapa menghormati Relik?
Gereja menghormati Relik sama halnya dengan menghormati ikon, sebagai pengingat "yang kelihatan" dari para orang kudus gereja yang dekat dengan kemuliaan Tuhan. Penghormatan akan relik atau ikon juga sebagai bentuk kesatuan Gereja, antara Gereja yang ada di dunia (kita sedang berziarah) dengan Gereja yang telah menang di Firdaus (para orang kudus).
Relik bukanlah jimat atau benda magic. Segala mukjizat yang terjadi melalui relik-relik itu adalah atas kemurahan Tuhan semata yang berkarya secara misteri melalui benda-benda tersebut.
Gereja tidak pernah mengajarkan bahwa relik atau ikon kudus adalah seperti jimat yang mempunyai kuasa secara terpisah dari kuasa Allah. Allah sendirilah yang berkedaulatan penuh dan mempunyai kebebasan untuk menyatakan kuasa-Nya, dan salah satunya dengan menggunakan relik. Dan memang begitu banyak mukjizat, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, lewat relik di dalam sejarah Gereja dari awal sampai saat ini. Karena keberadaan relik tak lepas dari Gereja, maka penggunaan relik perlu mendapatkan bimbingan rohani yang tepat, agar umat tidak memperlakukan relik secara salah.
Itulah sebab, para Bapa Gereja selalu mengingatkan bahwa penghormatan yang diberikan kepada relik itu relatif, artinya terkait dengan karya Roh Kudus dalam hidup orang kudus itu. Sumber rahmat dan sasaran penyembahan tetap hanya Allah sendiri yang berkarya dalam dan melalui orang kudus itu. Orang kudus hanyalah hamba-hamba Allah yang digunakan Allah sebagai sarana keselamatan bagi orang lain.
Tinjauan Kitab Suci dan Sejarah
PERJANJIAN LAMA
>> 2 Raja-raja 2:13-14
Tentang bagaimana Elisa membawa jubah Elia dan memukulkannya di sungai Yordan, sehingga air terbelah, sehingga Elisa dapat menyeberangi sungai Yordan.
>> 2 Raja-raja 13:20-21
Sesudah itu matilah Elisa, lalu ia dikuburkan. Adapun gerombolan Moab sering memasuki negeri itu pada pergantian tahun.
Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.
>> Keluaran 13:19; Yos 24:32
Di dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Musa membawa tulang-tulang Yusuf sebagai pemenuhan akan permintaan Yusuf
PERJANJIAN BARU
>> Matius 9:20-Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
>> Matius 14:35-36
Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya.
Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.
SEJARAH GEREJA PARA RASUL
>> Kisah Rasul 5:15-16
Menceritakan bagaimana orang-orang membawa orang-orang sakit, sehingga minimal mereka dapat terkena bayangan dari rasul Petrus, dan kemudian disembuhkan.
>> Kisah Rasul 19:11-12
Diceritakan bahwa sapu tangan dan kain yang pernah dipakai oleh Paulus dapat menyembuhkan penyakit-penyakit.
Gereja Purba / Para Bapa Gereja Purba
Perkembangan penghormatan terhadap relikwi ini dapat ditelusuri mulai dari pertengahan abad ke dua, dimana kita dapat melihat surat dari jemaat (Gereja) di Symrna yang menginginkan jenazah yang tertinggal dari Polikarpus yang dihukum bakar di tiang (156 – 157).
Di surat tersebut dikatakan “Kami mengambil tulang-tulangnya, yang jauh lebih berharga daripada batu-batu mulia dan lebih murni daripada emas murni, dan meletakkannya di sebuah tempat yang pantas, di mana Tuhan akan mengijinkan kami untuk berkumpul bersama, sesering yang kami dapat, dalam kebahagiaan dan sukacita, dan untuk merayakan hari kemartirannya.”
Beberapa tulisan orang kudus, seperti Js. Heronimus (340-420) yang mengatakan “Kita tidak menyembah, karena takut bahwa kami harus bersembah sujud kepada ciptaan daripada kepada Sang Pencipta, tetapi kita menghormati relik dari para martir sehingga kita dapat menyembah Dia, yang empunya para martir”.
Kemudian Cyril dari Alexandria (378-444) mengatakan “Kita, bukanlah menganggap bahwa para martir kudus sebagai tuhan, atau bersembah sujud menyembah mereka, tetapi hanya secara relatif dan secara hormat [ou latreutikos alla schetikos kai timetikos].”
Js. Yohanes Krisostomos (347 - 407), selalu mengingatkan bahwa salah satu tujuan penghormatan kepada relik ialah untuk mendorong orang Kristen untuk meneladani keutamaan-keutamaan orang kudus yang relikuinya dihormati melalui doa-doa Gereja.
Pada Sidang ketujuh 13 oktober 787 - Dewan Konsili ekuminis ke-VII dikota Nikea mengeluarkan deklarasi iman tentang Penghormatan (veneration) terhadap ikon-ikon kudus.
Dalam kanon ke-VII yang mengisyaratkan bahwa setiap altar gereja harus memiliki atau berisi sebuah relik kudus (di dalam antimensi).
Dari pemaparan di atas, kita melihat bahwa relik mempunyai dasar teologis yang kuat, baik ditinjau dari Alkitab, perkembangan historis, dan juga perkembangan teologis. Relik dapat membawa umat kepada Tuhan yang memberikan inspirasi, teladan dan berkat kepada para orang kudus. Pada akhirnya ini dapat memberikan inspirasi kepada kita untuk mengikuti jejak orang kudus yang bekerja sama dengan rahmat Tuhan, sehingga seperti mereka, kita bisa tetap setia beriman dan berbuat kasih sampai akhir hayat kita. Kita tidak dapat memperlakukan relikwi sebagai sebuah jimat yang mendatangkan keuntungan bagi kita. Sebab, kalaupun terjadi mukjizat, kita harus senantiasa mengingat bahwa itu semua adalah karena kebesaran Tuhan yang bekerja melaluinya.
Mengapa menghormati Relik?
Gereja menghormati Relik sama halnya dengan menghormati ikon, sebagai pengingat "yang kelihatan" dari para orang kudus gereja yang dekat dengan kemuliaan Tuhan. Penghormatan akan relik atau ikon juga sebagai bentuk kesatuan Gereja, antara Gereja yang ada di dunia (kita sedang berziarah) dengan Gereja yang telah menang di Firdaus (para orang kudus).
Relik bukanlah jimat atau benda magic. Segala mukjizat yang terjadi melalui relik-relik itu adalah atas kemurahan Tuhan semata yang berkarya secara misteri melalui benda-benda tersebut.
Gereja tidak pernah mengajarkan bahwa relik atau ikon kudus adalah seperti jimat yang mempunyai kuasa secara terpisah dari kuasa Allah. Allah sendirilah yang berkedaulatan penuh dan mempunyai kebebasan untuk menyatakan kuasa-Nya, dan salah satunya dengan menggunakan relik. Dan memang begitu banyak mukjizat, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, lewat relik di dalam sejarah Gereja dari awal sampai saat ini. Karena keberadaan relik tak lepas dari Gereja, maka penggunaan relik perlu mendapatkan bimbingan rohani yang tepat, agar umat tidak memperlakukan relik secara salah.
Itulah sebab, para Bapa Gereja selalu mengingatkan bahwa penghormatan yang diberikan kepada relik itu relatif, artinya terkait dengan karya Roh Kudus dalam hidup orang kudus itu. Sumber rahmat dan sasaran penyembahan tetap hanya Allah sendiri yang berkarya dalam dan melalui orang kudus itu. Orang kudus hanyalah hamba-hamba Allah yang digunakan Allah sebagai sarana keselamatan bagi orang lain.
Tinjauan Kitab Suci dan Sejarah
PERJANJIAN LAMA
>> 2 Raja-raja 2:13-14
Tentang bagaimana Elisa membawa jubah Elia dan memukulkannya di sungai Yordan, sehingga air terbelah, sehingga Elisa dapat menyeberangi sungai Yordan.
>> 2 Raja-raja 13:20-21
Sesudah itu matilah Elisa, lalu ia dikuburkan. Adapun gerombolan Moab sering memasuki negeri itu pada pergantian tahun.
Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.
>> Keluaran 13:19; Yos 24:32
Di dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Musa membawa tulang-tulang Yusuf sebagai pemenuhan akan permintaan Yusuf
PERJANJIAN BARU
>> Matius 9:20-Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
>> Matius 14:35-36
Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya.
Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.
SEJARAH GEREJA PARA RASUL
>> Kisah Rasul 5:15-16
Menceritakan bagaimana orang-orang membawa orang-orang sakit, sehingga minimal mereka dapat terkena bayangan dari rasul Petrus, dan kemudian disembuhkan.
>> Kisah Rasul 19:11-12
Diceritakan bahwa sapu tangan dan kain yang pernah dipakai oleh Paulus dapat menyembuhkan penyakit-penyakit.
Gereja Purba / Para Bapa Gereja Purba
Perkembangan penghormatan terhadap relikwi ini dapat ditelusuri mulai dari pertengahan abad ke dua, dimana kita dapat melihat surat dari jemaat (Gereja) di Symrna yang menginginkan jenazah yang tertinggal dari Polikarpus yang dihukum bakar di tiang (156 – 157).
Di surat tersebut dikatakan “Kami mengambil tulang-tulangnya, yang jauh lebih berharga daripada batu-batu mulia dan lebih murni daripada emas murni, dan meletakkannya di sebuah tempat yang pantas, di mana Tuhan akan mengijinkan kami untuk berkumpul bersama, sesering yang kami dapat, dalam kebahagiaan dan sukacita, dan untuk merayakan hari kemartirannya.”
Beberapa tulisan orang kudus, seperti Js. Heronimus (340-420) yang mengatakan “Kita tidak menyembah, karena takut bahwa kami harus bersembah sujud kepada ciptaan daripada kepada Sang Pencipta, tetapi kita menghormati relik dari para martir sehingga kita dapat menyembah Dia, yang empunya para martir”.
Kemudian Cyril dari Alexandria (378-444) mengatakan “Kita, bukanlah menganggap bahwa para martir kudus sebagai tuhan, atau bersembah sujud menyembah mereka, tetapi hanya secara relatif dan secara hormat [ou latreutikos alla schetikos kai timetikos].”
Js. Yohanes Krisostomos (347 - 407), selalu mengingatkan bahwa salah satu tujuan penghormatan kepada relik ialah untuk mendorong orang Kristen untuk meneladani keutamaan-keutamaan orang kudus yang relikuinya dihormati melalui doa-doa Gereja.
Pada Sidang ketujuh 13 oktober 787 - Dewan Konsili ekuminis ke-VII dikota Nikea mengeluarkan deklarasi iman tentang Penghormatan (veneration) terhadap ikon-ikon kudus.
Dalam kanon ke-VII yang mengisyaratkan bahwa setiap altar gereja harus memiliki atau berisi sebuah relik kudus (di dalam antimensi).
Dari pemaparan di atas, kita melihat bahwa relik mempunyai dasar teologis yang kuat, baik ditinjau dari Alkitab, perkembangan historis, dan juga perkembangan teologis. Relik dapat membawa umat kepada Tuhan yang memberikan inspirasi, teladan dan berkat kepada para orang kudus. Pada akhirnya ini dapat memberikan inspirasi kepada kita untuk mengikuti jejak orang kudus yang bekerja sama dengan rahmat Tuhan, sehingga seperti mereka, kita bisa tetap setia beriman dan berbuat kasih sampai akhir hayat kita. Kita tidak dapat memperlakukan relikwi sebagai sebuah jimat yang mendatangkan keuntungan bagi kita. Sebab, kalaupun terjadi mukjizat, kita harus senantiasa mengingat bahwa itu semua adalah karena kebesaran Tuhan yang bekerja melaluinya.